PENJUALAN
ANGSURAN (INSTALLMENT SALES)
Strategi yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan terutama untuk
barang-barang yang harga jualnya relatif tinggi seperti elektronik, otomotif
dan perumahan adalah dengan penjualan secara angsuran, disamping penjualan
tunai dan kredit. Penerapan metode ini telah berkembang tidak hanya pada
perusahaan real estate tetapi juga pada perusahaan yang bergerak dalam bidang
perdagangan mobil, angkutan udara, mesin, alat-alat rumah tangga dan
sebagainya.
Metode
ini menarik karena dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu dari sisi
penjual selain omset penjualan yang meningkat juga dapat meningkatkan tingkat
perputaran persediaan. Dari sisi pembeli, mendapatkan kemudahan untuk memiliki
barang-barang kebutuhan terutama yang relatif mahal karena adanya kemudahan
pembayaran dengan cara mengangsur.
2.1.KONSEP
PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan angsuran yaitu penjualan yang pembayarannya dapat dilakukan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu dengan terlebih dahulu membayar uang muka
(down payment) kemudian sisanya akan diangsur sesuai perjanjian antara penjual
dengan pembeli.
Oleh karena pembayaran penjualan angsuran dilakukan secara bertahap maka
transaksi penjualan angsuran memiliki resiko yang besar dalam penagihan
piutang. Dengan demikian untuk meminimalkan resiko, pelaku usaha dapat
melakukan usaha-usaha antara lain sebagai berikut :
1.
Melakukan seleksi calon pembeli.
2.
Kepastian perlindungan dari sisi hukum,
ü Membuat
perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), dimana walaupun
barang telah diserahkan namun hak atas barang masih berada ditangan penjual
sampai seluruh pembayaran lunas, meminta jaminan kredit kepada pembeli misalnya
; sertifikat, BPKB dan lain-lain.
ü Perjanjian
dengan pihak trust (trustee) hak milik atas barang-barang untuk sementara
diserahkan kepada suatu badan „trust“ (trustee) sampai penjualan dilunasi
dengan membuat akte kepercayaan (trust deed atau trust indenture). Setelah
pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang
tersebut kepada pembeli.
ü Beli sewa
(lease-purchase), penjualan barang dimana barang diserahkan kepada pembeli
sedangkan pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah
dibayar lunas. Setelah pembayaran lunas maka hak milik barang berpindah kepada
pembeli.
ü Kerjasama dengan
pemberi kerja dengan cara potong gaji.
3.
Memberikan perlindungan ekonomi kepada penjual, dengan cara :
o
Uang
muka relatif besar
o
Jangka
waktu angsuran relatif pendek
o
Besarnya
angsuran secara perodik harus dapat menutupi penurunan nilai barang.
Penjualan
angsuran dapat dilakukan terhadap :
1.
Aktiva
tetap.
2.
Barang
dagangan.
Masalah
transaksi penjualan angsuran dari aspek akuntansi adalah berkaitan dengan
pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran. Pada umumnya pengakuan
laba kotor dari transaksi penjualan angsuran ada dua cara yaitu
a)
Metode laba kotor diakui pada periode penjualan.
Apabila metode
ini digunakan maka penjualan angsuran diperlakukan sama seperti penjualan biasa
atau transaksi penjualan kredit. Laba kotor diakui pada saat terjadinya
penjualan ditandai dengan timbulnya piutang atau tagihan kepada pembeli.
Ketentuan
metode ini adalah sebagai berikut :
o
Laba
diakui seluruhnya pada periode dimana penjualan dilakukan.
o
Pada
tahun berikutnya, tidak diakui adanya laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas
dan mengurangi piutang.
o
Hasil
penagihan (pembayaran) setelah tahun penjualan dianggap sebagai pengembalian
pokok piutang angsuran.
o
Apabila
konsumen dibebani bunga maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan mengakui
pendapatan bunga.
b)
Metode laba kotor diakui proporsional sesuai dengan
penerimaan kas.
Pada metode ini,
laba kotor diakui secara proporsional sebesar persentase laba kotor
dibandingkan dengan jumlah uang kas yang diterima. Metode ini banyak digunakan
oleh perusahaan yang menerapkan penjualan angsuran dalam jangka waktu lebih
dari satu periode akuntansi.
Ketentuan
akuntansi pada metode laba diakui proporsional dengan penerimaan kas adalah
sebagai berikut :
·
Laba
penjualan yang timbul pada saat transaksi dilakukan, dimasukkan ke dalam
rekening ”Laba Kotor Belum Direalisasi” (LKBD).
·
Setiap
akhir tahun, perusahaan mengakui adanya laba kotor direalisasi (LKD) = %
LKBD x jumlah kas yang diterima tahun yang bersangkutan (tdk
termasuk bunga)
·
%
LKD dicatat dengan rumus
Harga
jual - harga pokok x 100%
Harga jual
·
LKD
adalah merupakan pengakuan laba secara bertahap dari LKBD, yang kemudian diakui
sebagai laba periode yang bersangkutan di laporan rugi-laba.
·
Pendapatan
bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar LKD.
·
LKBD
yang belum disesuaikan menjadi LKD, akan disajikan di Neraca pada sisi passiva
di bawah kelompok hutang.
2.1.PENJUALAN
ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP
Penjualan
angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan
sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu
yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan
atau persyaratan sebagai berikut :
a.
Adanya
down payment atau uang muka
b.
Pembayaran
uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran
Pengakuan
keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aktiva
tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode
penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan
kas.
Berikut
contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode
pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.
Contoh 1 :
Pada
tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan
harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp
400.000.000,00 ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan
setiap semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran),
uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.
Diminta:
·
Buat
skedul pembayaran angsurannya
·
Jurnal
transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor diakui
pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.
Penyelesaian :
1.
Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )
Angsuran
ke
|
Tgl
bayar
|
Bunga
|
Angsuran
|
Jml
pembayaran
|
Sisa
harga kontrak
|
|
1
Sept 05
|
-
|
-
|
-
|
4.000.000
|
(U.muka)
|
1
Sept 05
|
-
|
800.000
|
800.000
|
3.200.000
|
I
|
1
Mrt 06
|
160.000
|
320.000
|
480.000
|
2.880.000
|
II
|
1 Sept
06
|
144.000
|
320.000
|
464.000
|
2.560.000
|
III
|
1
Mrt 07
|
128.000
|
320.000
|
448.000
|
2.240.000
|
IV
|
1
Sept 07
|
112.000
|
320.000
|
432.000
|
1.920.000
|
V
|
1
Mrt 08
|
96.000
|
320.000
|
416.000
|
1.600.000
|
VI
|
1
Sept 08
|
80.000
|
320.000
|
400.000
|
1.280.000
|
VII
|
1
Mrt 09
|
64.000
|
320.000
|
384.000
|
960.000
|
VIII
|
1
Sept 09
|
48.000
|
320.000
|
368.000
|
640.000
|
IX
|
1
Mrt 10
|
32.000
|
320.000
|
352.000
|
320.000
|
X
|
1
Sept 10
|
16.000
|
320.000
|
336.000
|
0
|
Jumlah
Total
|
880.000
|
4.000.000
|
4.880.000
|
-
|
2.
Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan
a. metode laba kotor
diakui saat periode penjualan.
Jurnal yang dibuat sebagai
berikut :
(dalam ribuan rupiah)
Keterangan
transaksi
|
Jurnal
|
1.
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp
400.000 = 4.000.000
uang muka
20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp
300.00 = 3.000.000
|
Kas
800.000
Piutang
angsuran 3.200.000
Rumah
3.000.000
Laba penjualan
angs 1.000.000
|
2.
Ajp tgl 31 Des 05 :
Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
|
Piutang
bunga
106.667
Pendapatan
bunga
106.667
|
3.
Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke iktisar
laba rugi
|
Laba penjualan
angs 1.000.000
Pendapatan
bunga 106.667
Iktisar laba
rugi
1.106.667
|
4.
Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005
|
Pendapatan
bunga 106.667
Piutang
bunga
106.667
|
5.
Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
|
Kas
480.000
Piutang
angsuran
320.000
Pendapatan bunga
160.000
|
6.
Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran
pokok = 320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
|
Kas
464.000
Piutang angsuran
320.000
Pendapatan
bunga
144.000
|
7.
Ajp tgl 31 Desember 06 :
Bunga yang masih harus diterima 4 bln
4/12 x 10% x (3.200.000 –
640.000) = 85.333
|
Piutang
bunga
85.333
Pendapatan bunga
85.333
|
Dari
contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua
sudah tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.
b.
Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas
Jurnal yang
dibuat adalah sebagai berikut :
(dalam ribuan
rupiah)
Keterangan
transaksi
|
Jurnal
|
1.
Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp
400.000 = 4.000.000
uang muka
20% = 800.000
HP rumah :
10 x Rp
300.00 = 3.000.000
|
Kas
800.000
Piutang
angsuran 3.200.000
Rumah
3.000.000
LKBD
1.000.000
|
2.
Ajp tgl 31 Des 05 :
a.
Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667
b.
Penyesuaian LKBD atau Laba kotor direalisasi (LKD)
% laba kotor :
1.000.000 x 100% =
25%
4.000.000
Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp
800.000.000 (down payment). Jadi LKD th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp
200.000.000
|
Piutang
bunga
106.667
Pendapatan
bunga
106.667
LKBD
200.000
LKD
200.000
|
3.
Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi
|
LKD
200.000
Pendapatan
bunga 106.667
Iktisar laba
rugi
306.667
|
4.
Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005
|
Pendapatan
bunga 106.667
Piutang
bunga
106.667
|
5.
Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06
:
Angsuran pokok
: 3.200.000/10
= 320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
= 160.000
|
Kas
480.000
Piutang
angsuran
320.000
Pendapatan
bunga
160.000
|
6.
Penerimaan angsuran II
Tgl 1 Sept 06
Angsuran
pokok = 320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x
(3.200.000 – 320.000) = 144.000
|
Kas
464.000
Piutang angsuran
320.000
Pendapatan
bunga
144.000
|
7.
Ajp tgl 31 Desember 2006
a.
Ajp bunga yang masih harus diterima 4 bln ( 1 Sept sd 31 Des 06)
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) =
85.333
b.
Penyesuaian LKBD
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp
64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000
= Rp 160.000.000
|
Piutang bunga
85.333
Pendapatan
bunga
85.333
LKBD
160.000
LKD
160.000
|
8.
Jurnal penutup tgl 31 Des 06 :
Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi
|
LKD
160.000
Pendapatan
bunga 85.333
Iktisar laba
rugi
245.333
|
9.
Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :
Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2006
|
Pendapatan
bunga 85.333
Piutang
bunga
85.333
|
Berikut
penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :
·
Laba
penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada
besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat
pada tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006
sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima
selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun
2006.
·
Jurnal
yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun 2006,
perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin kecil
karena bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok pinjaman
akan semakin kecil karena adanya pelunasan ditahun sebelumnya.