Kamis, 01 Desember 2016

Akuntansi Penjualan Angsuran beserta Contoh soal


PENJUALAN ANGSURAN


Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya  dilaksanakan secara bertahap.
1.      Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, pejual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan.
2.      Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
Untuk menghindari resiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak mengalami kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain:
1.      Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan ke penjual.
2.      Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, kalau pembayarannya sudah lunas.
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali, factor-faktor yang harus diperhatikan penjual :
1.      Besarnya pembayaran pertama (down payment).
2.      Jangka waktu pembayaran.                          
3.      Besarnya pembayaran angsuran.                          


PERHITUNGAN BUNGA (Interest) pada PENJUALAN
ANGSURAN dan PENCATATANNYA

Dalam setiap penjualan angsuran ada bunga yang ditanggung oleh pembeli. Dengan demikian setiap angsuran yang dibayarkan pembeli terdiri dari angsuran pokok pinjaman dan bunga yang
diperhitungkan.
Macam-macam perhitungan bunga yang dapat dipakai dalam penjualan angsuran yaitu:
1.      Bunga dihitung dari pokok pinjaman
2.      Bunga dihitung dari sisa pinjaman
3.      Sistem anuitas (bunga semakin menurun dan angsuran pokok pinjaman meningkat)


Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.      Bunga dihitung dari pokok pinjaman/sistem bunga tetap dan angsuran pokok tetap.
Dalam metode ini besarnya bunga dihitung dari pokok pinjaman sehingga besarnya bunga adalah tetap.
2.      Bunga dihitung dari sisa pinjaman/Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Besarnya bunga dihitung dari saldo pinjaman awal periode, tergantung periodenya bulanan atau tahunan. Kalau angsuran bulanan, bunga didasarkan pada saldo awal bulan. Kalau angsuran tahunan, maka bunga didasarkan pada saldo awal tahun. Jumlah
bunga semakin lama semakin turun.
3.      Sistem anuitas.
Besarnya bunga dihitung menggunakan rumus anuitas. Dengan menggunakan rumus anuitas jumlah angsuran tetap tetapi jumlah bunga semakin menurun, sedangkan angsuran pokok semakin meningkat. 

PERLAKUAN AKUNTANSI LAINNYA
Perlakuan Akuntansi Penjualan Angsuran yang lain, kecuali masalah
penentuan bunga adalah:
a.       Pengakuan Laba Kotor
b.      Tukar- tambah ( trade in)
c.       Pembatalan Penjualan Angsuran

a.      Pengakuan Laba Kotor
Dasar pengakuan laba yang dapat dipakai dalam penjualan angsuran
adalah:
1.      Dasar Penjualan (Accrual Basis)
2.      Dasar tunai (Cash Basis)
     Penjelasannya adalah sebagai berikut

1.      Dasar Penjualan (Accrual Basis)
Bila menggunakan dasar ini, laba kotor diakui pada saat penjualan angsuran terjadi tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Cara ini sama dengan pencatatan penjualan kredit biasa. Metode ini dapat digunakan bila memenuhi 3 kondisi:
o   Jangka waktu pembayaran relatif pendek
o   Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil
o   Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksir dengan teliti
                                              
2.      Dasar tunai (Cash Basis)
Dalam metode ini laba kotor diakui saat pengumpulan kas. Setiap
pengumpulan kas terdiri dari:
a.      pembayaran atas beban pokok penjualan dan
b.      pembayaran atas laba kotor

      Ada 3 metode untuk memperlakukan penerimaan piutang penjualan angsuran, yaitu:
1.      Harga pokok kemudian laba kotor (cost recovery method)
Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai penutup beban pokok penjualan dahulu, setelah beban pokok penjualan tertutup, baru penerimaan kas berikutnya diakui sebagai laba kotor.
2.      Laba kotor kemudian harga pokok
Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai perolehan laba kotor dahulu, setelah laba kotor tercapai baru sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai penutup harga
pokok.
3.      beban pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional (metode penjualan angsuran)
Dalam metode ini setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran beban pokok penjualan dan realisasi laba kotor. Dari ketiga metode di atas, yang paling banyak dipakai adalah perlakuan yang ketiga, yaitu beban pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerima kas.


c.       Tukar Tambah atau Trade In
Tukar tambah adalah penjualan dimana pembeli menyerahkan barangnya sebagai uang muka (down payment/DP) kekurangannya dibayar secara angsuran. Dalam penjualan angsuran sering terjadi cara tukar tambah untuk menarik pembeli. Dalam tukar tambah, barang yang diserahkan sebagai uang muka dicatat berdasar realisasi bersihnya dengan syarat:
Nilai realisasi bersih tidak boleh melebihi nilai pokok pengganti (current replacement cost).
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual barang dikurangi biaya perbaikan, biaya pemasaran, dan biaya-biaya lain serta taksiran laba yang diharapkan. Selisih antara harga yang disepakati dengan nilai realisasi bersih dimasukkan ke rekening cadangan kelebihan harga. Pada akhir periode rekening cadangan kelebihan harga mengurangi rekening penjualan angsuran. Jadi harga penjualan angsuran sebenarnya adalah sebesar rekening penjualan dikurangi cadangan kelebihan harga.

d.      Pembatalan Penjualan Angsuran
Dalam penjualan angsuran kadangkala pembeli tidak dapat melunasi angsurannya sehingga terjadi pembatalan penjualan angsuran.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh penjual adalah:
1.      Barang yang sudah dijual dimiliki kembali.
Penjual harus menilai kembali barang tersebut. Dalam penilaian kembali harus dipertimbangkan cadangan untuk perbaikan dan laba normal yang diharapkan apabila barang tersebut dijual lagi (nilai realisasi bersih).
2.      Piutang penjualan angsuran yang belum dibayar dibatalkan.
3.      Mencatat laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran.
Tergantung metode pengakuan laba kotor yang digunakan (laba kotor diakui saat penjualan atau laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas).
                                      

                       
ü  Laba Kotor Diakui Saat Penjualan
Pada metode ini laba kotor diakui saat penjualan sehingga saldo piutang penjualan angsuran merupakan beban pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Jadi selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan angsuran merupakan laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran.                                 
ü  Laba Kotor Diakui Secara Proporsional dengan Penerimaan Kas
Pada metode ini laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas, sehingga saldo piutang penjualan angsuran terdiri dari laba kotor yang belum direalisasi dan beban pokok penjualan angsuran. Jadi selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan angsuran dan laba kotor belum direalisasi merupakan laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran.


PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut :
a.       Adanya down payment atau uang muka
b.      Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran

Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas.

Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.

Contoh 1 :

Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan harga pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00 ditambah bunga 10% per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10 semester (10 kali angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.

  
Diminta:

·      Buat skedul pembayaran angsurannya
·      Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor diakui pada saat penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.


Penyelesaian :

1.      Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )

Angsuran ke
Tgl bayar
Bunga
Angsuran
Jml pembayaran
Sisa harga kontrak

1 Sept 05
-
-
-
4.000.000
(U.muka)
1 Sept 05
-
800.000
800.000
3.200.000
I
1 Mrt 06
160.000
320.000
480.000
2.880.000
II
1 Sept 06
144.000
320.000
464.000
2.560.000
III
1 Mrt 07
128.000
320.000
448.000
2.240.000
IV
1 Sept 07
112.000
320.000
432.000
1.920.000
V
1 Mrt 08
96.000
320.000
416.000
1.600.000
VI
1 Sept 08
80.000
320.000
400.000
1.280.000
VII
1 Mrt 09
64.000
320.000
384.000
960.000
VIII
1 Sept 09
48.000
320.000
368.000
640.000
IX
1 Mrt 10
32.000
320.000
352.000
320.000
X
1 Sept 10
16.000
320.000
336.000
0
Jumlah Total
880.000
4.000.000
4.880.000
-



2.      Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan

a.   metode laba kotor diakui saat periode penjualan.

Jurnal yang dibuat sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)  

Keterangan transaksi
Jurnal
1.      Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000      = 4.000.000
uang muka  20%      =    800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00        = 3.000.000
Kas                            800.000     
Piutang angsuran    3.200.000
     Rumah                                 3.000.000
     Laba penjualan angs           1.000.000
2.      Ajp tgl 31 Des 05 :
      Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
      4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667   
Piutang bunga            106.667
     Pendapatan bunga                   106.667


3.      Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi
Laba penjualan angs  1.000.000
Pendapatan bunga        106.667
    Iktisar laba rugi                      1.106.667

4.      Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
      Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005
Pendapatan bunga      106.667
     Piutang bunga                       106.667
5.      Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10
                                             =  320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
                                 =  160.000
Kas                             480.000
     Piutang angsuran                    320.000
     Pendapatan bunga                  160.000
6.      Penerimaan angsuran II
      Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok      =  320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 – 320.000) = 144.000
Kas                              464.000
     Piutang angsuran                   320.000
     Pendapatan bunga                 144.000
7.      Ajp tgl 31 Desember 06 :
Bunga yang masih harus diterima 4 bln
4/12 x 10% x  (3.200.000 – 640.000)  =  85.333

Piutang bunga               85.333
     Pendapatan bunga                   85.333


Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua sudah tidak ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.

b.   Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan transaksi
Jurnal
1.      Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 :
10 x Rp 400.000      = 4.000.000
uang muka  20%      =    800.000
HP rumah :
10 x Rp 300.00        = 3.000.000
Kas                            800.000     
Piutang angsuran    3.200.000
     Rumah                               3.000.000
     LKBD                               1.000.000
2.    Ajp tgl 31 Des 05 :
a.    Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Sept sd 31 Des 05)
      4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

b.    Penyesuaian LKBD atau Laba kotor direalisasi (LKD)
% laba kotor :
1.000.000  x 100% = 25%
4.000.000

Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp 800.000.000 (down payment). Jadi LKD th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000

Piutang bunga            106.667
     Pendapatan bunga                106.667


LKBD                       200.000
     LKD                                     200.000


3.    Jurnal penutup tgl 31 Des 05 :
     Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

LKD                             200.000
Pendapatan bunga        106.667
    Iktisar laba rugi                     306.667
4.    Jurnal balik tgl 1 Jan 06 :
           Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2005
Pendapatan bunga       106.667
     Piutang bunga                      106.667
5.    Penerimaan angsuran I
Tgl 1 Maret 06 :
Angsuran pokok : 3.200.000/10
                                             =  320.000
Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000
                                 =  160.000
Kas                             480.000
     Piutang angsuran                  320.000
     Pendapatan bunga                160.000
6.    Penerimaan angsuran II
     Tgl 1 Sept 06
Angsuran pokok      =  320.000
Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 – 320.000) = 144.000
Kas                              464.000
     Piutang angsuran                 320.000
     Pendapatan bunga               144.000
7.    Ajp tgl 31 Desember 2006
a.    Ajp bunga yang masih harus diterima 4 bln ( 1 Sept sd 31 Des 06)
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) = 85.333

b.    Penyesuaian LKBD
Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp 64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 = Rp 160.000.000

Piutang bunga                  85.333
    Pendapatan bunga                  85.333




LKBD                           160.000         
    LKD                                     160.000
8.    Jurnal penutup tgl 31 Des 06 :
     Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi

LKD                              160.000
Pendapatan bunga           85.333
    Iktisar laba rugi                    245.333
9.    Jurnal balik tgl 1 Jan 07 :
           Reversal entries atas bunga yang akan diterima th. 2006
Pendapatan bunga          85.333
     Piutang bunga                       85.333

Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :
·      Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada besarnya kas yang diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp 200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah kas yang diterima selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun 2006.
·      Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun 2006, perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin kecil karena bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok pinjaman akan semakin kecil karena adanya pelunasan ditahun sebelumnya.







Tidak ada komentar: